Skip to main content

Aku akan menghadirkan harmoni, menari dengan senyum keluarga, dan menjadikan setiap momen berharga sebagai kilauan terindah dalam kanvas hidup ini.

 Kehidupan yang sukses tanpa kehadiran Ayah dan Ibu adalah seperti sebuah lukisan indah yang kehilangan warna-warninya. Meski catatan prestasi dan pencapaian telah menghiasi langkah-langkahku, namun lukisan itu terasa tak lengkap tanpa sentuhan hangat keluarga. Setiap puncak kesuksesan yang aku raih hanya akan menjadi potongan-potongan tanpa jiwa jika Ayah dan Ibu tidak ada di sisiku, melukis warna-warna emosi dan cinta yang sejati.

Dalam perjalanan merantau dan mengejar mimpi, aku kadang melupakan esensi sejati kehidupan. Aku berlari menuju cakrawala kesuksesan, tetapi jauh di dalam hatiku, keresahan tumbuh seperti kekeringan di gurun pasir. Aku merindukan Ayah dan senyuman Ibu yang mengalirkan cahaya ke dalam jiwa. Mereka adalah sumber inspirasi dan kekuatan yang telah memupuk keberanian dalam setiap langkahku.

Sekarang, aku berada di hadapan layar ponsel, melihat wajah Ayah dan Ibu melalui sentuhan teknologi. Namun, layar itu seperti kaca yang memisahkan hatiku dari kehangatan keluarga. Di wajah mereka yang memudar, terasa seperti bunga-bunga tua yang menguning, menggugah kesedihan dalam diriku. Aku tidak ingin lagi menyesali waktu yang telah terlewat, melainkan ingin menyelam dalam lautan kasih sayang mereka dan memeluk erat janji yang telah kulafazkan.

Kehidupan yang sukses adalah seperti lukisan yang bernyawa ketika Ayah dan Ibu hadir di dalamnya. Mereka adalah sentuhan warna-warna emas yang memberi makna pada setiap goresan kuas hidupku. Kesuksesan yang sejati bukan sekadar mencapai tujuan materi, tetapi tentang menjalin hubungan yang kuat dengan keluarga. Aku menyadari bahwa kebahagiaan sejati terletak dalam kebersamaan, dalam jejak langkah kita yang terpaut.

Aku berjanji dalam keheningan hati, bahwa aku akan kembali . Aku akan berlari pulang seperti sungai yang mengalir menggapai samudera. Aku ingin memberikan warna-warna terindah dalam hidup mereka, memberi nuansa kebahagiaan dan kedamaian yang mereka pantas dapatkan. Bersama-sama, kita akan melukis langit-langit tak berbatas dengan sentuhan kasih sayang yang tak akan pernah luntur.

Dalam pelarian menuju kesuksesan, aku menemukan pelajaran berharga. Lukisan hidupku hanya bisa menjadi sempurna ketika keluarga adalah pusatnya, saat Ayah dan Ibu adalah palet cat yang menghidupkan setiap sudut kehidupanku. Aku mengerti sekarang bahwa kesuksesan bukanlah hanya sekadar menyentuh bintang-bintang, tetapi juga menyentuh hati orang-orang terdekat.

Karena itu, aku akan kembali ke akar dan melukiskan kehidupan yang berwarna-warni bersama Ayah dan Ibu. Bersama-sama, kita akan menciptakan komposisi kehidupan yang indah, seperti simfoni yang memukau jiwa. Aku akan menghadirkan harmoni, menari dengan senyum keluarga, dan menjadikan setiap momen berharga sebagai kilauan terindah dalam kanvas hidup ini.

Kehidupan yang sukses bukanlah hanya tentang pencapaian materi, tetapi tentang menghadirkan kebahagiaan yang mengalir dalam setiap ruang dan waktu. Dalam kebersamaan dengan Ayah dan Ibu, kita akan menemukan kehidupan yang berarti, mengukir kenangan abadi yang tak akan pernah pudar. Lukisan hidup ini akan menjadi magnum opus, karya besar yang menandakan cinta sejati dan kehadiran keluarga di dalamnya.

Comments

Popular posts from this blog

akhir-akhir ini banyak kritikan dengan menggunakan bahasa yang kasar dan mencaci yang dikritik dengan dalih demokrasi. Apakah Anda setuju dengan hal tersebut? Silahkan berikan argumen Anda dengan jelas...

  Pada waktu Indonesia memproklamirkan kemerdekaannnya pada 17 Agustus 1945, para pendiri negara sudah memutuskan untuk menjadikan negara Indonesia merdeka sebagai negara yang menganut sistem demokrasi. oleh sebab itu, salah satu dasar  yang terdapat di dalam Pancasila, dasar filsafat negara Indonesia adalah dasar demokrasi yang terdapat di dalam pancasila sila ke empat yang berbunyi "Kerakyatan yang dipimpin oleh himat kebijaksanaan dalam permusywaratan/perwakila". Hal tersebut menunjukan bahwa Indonesia menganut sistem demokrasi. Namun, akhir-akhir ini banyak kritikan dengan menggunakan bahasa yang kasar dan mencaci yang dikritik dengan dalih demokrasi. Apakah Anda setuju dengan hal tersebut? Silahkan berikan argumen Anda dengan jelas... mari kita mulai dengan memahami pentingnya demokrasi dalam konteks Indonesia. Demokrasi adalah prinsip fundamental dalam pembangunan negara Indonesia yang tercermin dalam Pancasila, khususnya dalam Sila keempat yang menyatakan "Kerakya...

jangan biarkan kekejaman itu meredam semangatmu

 Walaupun dunia ini terasa kejam, jangan biarkan kekejaman itu meredam semangatmu. Fokuslah pada kehidupan masa depan, karena di sana terletak peluang dan kemungkinan yang belum terungkap. Jadikan kekejaman dunia sebagai batu loncatan untuk tumbuh dan berkembang. Dalam setiap tantangan, ada pelajaran berharga yang membentuk karakter dan ketangguhanmu. Percayalah, setiap usaha dan perjuanganmu hari ini adalah investasi untuk membentuk masa depan yang lebih baik. Ingatlah, di balik awan kelam, selalu ada sinar matahari yang bersinar terang. Jangan pernah menyerah, karena kehidupan masa depanmu menunggu untuk diukir oleh tekad dan impianmu sendiri.

. Imajinasiku yang liar mulai melayang ke masa lalu, mengingat pengalaman serupa yang pernah kualami.

  Siang tadi, suasana di rumah terasa biasa-biasa saja hingga ibu bos keluar dari kamarnya dengan wajah serius. Dengan nada serius pula, beliau memanggilku, "Lidia, tadi guru Titi menelepon saya. Katanya, Titi buang air besar di celana." Aku terkejut mendengarnya, lalu spontan bertanya, "Kok bisa, bu? Apa dia malu untuk keluar sebentar atau mungkin tidak ada kamar mandi?" Ibu bos mengangguk tegas, "Tentu ada kamar mandi, Lidia."  "Trus, gurunya bilang apa? Kenapa Titi sampai begitu ?"  guru itu suda  kasi pake CD perempuan," jawab ibu bos dengan serius, namun senyum kecil mulai terlihat di wajahnya. Aku pun tidak tahan untuk menahan tawa. "CD perempuan, bu? Hahaha," aku tertawa. Imajinasiku yang liar mulai melayang ke masa lalu, mengingat pengalaman serupa yang pernah kualami. *** Flashback beberapa tahun lalu, aku masih duduk di bangku sekolah SD. Suatu hari, di tengah pelajaran yang begitu serius, tiba-tiba saja ada keinginan yan...