Di ujung harapan, ketika senja merangkum kisah-kisah perjuangan, terdapat masa-masa yang merayu dengan kepahitan, memerangkap dalam jaring keraguan. Namun, dalam setiap lingkaran waktu yang menerpa, di situlah sebuah kebenaran suci menyala.
Air mata mengalir, meresap dalam tanah jiwa, mengajari tentang rasa dan menghantarkan bunga-bunga kebijaksanaan yang tak terhingga. Hidup tidak semata tentang senyum yang menerangi, namun juga tangis yang mengaliri. Terkadang, langit memburu awan kelabu, dan hujan mengajari tentang penerimaan atas berbagai derai kenangan.
Lantas, kehidupan menjentikkan telapaknya, membantingkan setiap langkah ke permukaan. Tiap hantaman menorehkan luka, namun di sela-sela kesedihan, embun harapan bergetar. Wajah yang dipukuli kebimbangan menemukan belas kasih dari rahmat-Nya. Dan ketika bantal menjadi saksi bisu air mata yang jatuh, doa menghias tepi malam.
Terkadang, ketika jatuh menjadi nasib, tangan yang meraih doa-doa bergerak dengan kehalusan. Keyakinan merambat dalam seluruh serat kehidupan, merangkai benang harapan yang tak pernah putus. Tuhan mengajar bahwa proses adalah nafas kehidupan, dan kepercayaan adalah titik penentu.
Seperti purnama yang bersinar setelah gelapnya malam, kebahagiaan yang sejati datang memeluk, berdampingan dengan tangis yang pernah melanda. Dalam periode pertumbuhan itulah, jiwa menjadi taman yang merangkak dan mekar. Setiap patah hati membentuk mozaik kesadaran akan arti yang lebih dalam.
Maka, dalam harmoni dan kontras, kehidupan tampil indah. Sebab, tanpa kepedihan, bagaimana bahagia bisa dihargai? Tanpa keraguan, bagaimana keyakinan bisa bersinar? Di sela-sela waktu yang tak terduga, taman hati yang penuh makna tumbuh subur. Sebab, setiap periode pertumbuhan menyimpan cerita yang berkilauan dengan indahnya kehidupan.
Comments
Post a Comment