Skip to main content

aku harus berlabuh kembali, mengikatkan perahu merantauku pada pelabuhan keluarga.

 Dalam perjalanan hidup yang melambai bak samudera tak terbatas, aku telah berlayar jauh meninggalkan kampung halaman, memacu perahu ambisiku ke arah cakrawala harapan. Di tengah ombak yang bergelora, aku meraih berbagai pencapaian seakan mengumpulkan harta karun dari dunia ini. Namun, di balik kepungan materi dan penghargaan sosial, aku melihat pantulan wajah Ayah dan Ibu di lautan kehidupanku.

Mereka adalah mercusuar dalam kegelapan, menerangi jalanku dengan  kebijaksanaan yang mendalam. Namun, dalam kehausanku untuk mencapai pantai kesuksesan, aku telah melupakan kehadiran mereka yang lebih berharga dari harta berlian terbesar sekalipun. Wajah mereka yang semakin memudar adalah tanda bahwa aku harus berlabuh kembali, mengikatkan perahu merantauku pada pelabuhan keluarga.

Dalam pencarianku akan kebahagiaan yang berkilauan, aku menyadari bahwa kehidupan yang sukses seperti taman yang subur tak akan pernah hidup dalam kemegahan tanpa bunga yang melati. Ayah dan Ibu adalah pilar-pilar yang menopang taman itu, memberikan keharuman dan warna yang tak tergantikan. Mereka adalah pohon yang tumbuh dalam lebatnya hutan, memberi naungan dan perlindungan yang tak ternilai bagi langkah-langkahku yang terkadang tersesat.

Kini, dalam getirnya rindu yang melambung setinggi gunung, aku menyadari bahwa hidup yang sukses adalah seperti melodi yang indah yang membutuhkan irama harmoni keluarga untuk menjadi lengkap. Ayah dan Ibu adalah not-not penting dalam partitur hidupku, menciptakan harmoni yang menggetarkan jiwa dan mengalirkan kekuatan dalam setiap nadiku.

Dalam hiruk-pikuk dunia yang serba sibuk, aku menyadari bahwa waktu adalah pena abadi yang mengukir kisah hidup kita. Setiap detik yang lewat tanpa kehadiran Ayah dan Ibu adalah sehelai kertas yang hilang, tak akan pernah kembali. Namun, aku berjanji pada diriku sendiri untuk mengubah arah angin, menempuh perjalanan kembali ke pelukan keluarga, mengisi setiap lembaran hidupku dengan kebersamaan yang tak tergantikan.

Kehidupan yang sukses,adalah seperti lukisan penuh warna yang takkan pernah lengkap tanpa sentuhan kuas kasih sayang Ayah dan Ibu. Mereka adalah palet pelangi yang mewarnai jalan hidupku, memberikan sorotan dalam kegelapan dan kehangatan di dalam dinginnya malam. Aku tidak ingin lagi melihat warna-warni itu memudar, aku ingin merawatnya dengan setia, menyalakan cahaya keluarga yang memancar dari dalam hatiku.

Dalam keputusanku untuk berlayar pulang, aku membuka jalan bagi kebahagiaan yang sejati. Bersama-sama, kita akan membentuk lukisan hidup yang tak tertandingi, mengisi setiap goresan dengan kebersamaan, dan kebahagiaan yang tak terukur.

Comments

Popular posts from this blog

akhir-akhir ini banyak kritikan dengan menggunakan bahasa yang kasar dan mencaci yang dikritik dengan dalih demokrasi. Apakah Anda setuju dengan hal tersebut? Silahkan berikan argumen Anda dengan jelas...

  Pada waktu Indonesia memproklamirkan kemerdekaannnya pada 17 Agustus 1945, para pendiri negara sudah memutuskan untuk menjadikan negara Indonesia merdeka sebagai negara yang menganut sistem demokrasi. oleh sebab itu, salah satu dasar  yang terdapat di dalam Pancasila, dasar filsafat negara Indonesia adalah dasar demokrasi yang terdapat di dalam pancasila sila ke empat yang berbunyi "Kerakyatan yang dipimpin oleh himat kebijaksanaan dalam permusywaratan/perwakila". Hal tersebut menunjukan bahwa Indonesia menganut sistem demokrasi. Namun, akhir-akhir ini banyak kritikan dengan menggunakan bahasa yang kasar dan mencaci yang dikritik dengan dalih demokrasi. Apakah Anda setuju dengan hal tersebut? Silahkan berikan argumen Anda dengan jelas... mari kita mulai dengan memahami pentingnya demokrasi dalam konteks Indonesia. Demokrasi adalah prinsip fundamental dalam pembangunan negara Indonesia yang tercermin dalam Pancasila, khususnya dalam Sila keempat yang menyatakan "Kerakya...

jangan biarkan kekejaman itu meredam semangatmu

 Walaupun dunia ini terasa kejam, jangan biarkan kekejaman itu meredam semangatmu. Fokuslah pada kehidupan masa depan, karena di sana terletak peluang dan kemungkinan yang belum terungkap. Jadikan kekejaman dunia sebagai batu loncatan untuk tumbuh dan berkembang. Dalam setiap tantangan, ada pelajaran berharga yang membentuk karakter dan ketangguhanmu. Percayalah, setiap usaha dan perjuanganmu hari ini adalah investasi untuk membentuk masa depan yang lebih baik. Ingatlah, di balik awan kelam, selalu ada sinar matahari yang bersinar terang. Jangan pernah menyerah, karena kehidupan masa depanmu menunggu untuk diukir oleh tekad dan impianmu sendiri.

. Imajinasiku yang liar mulai melayang ke masa lalu, mengingat pengalaman serupa yang pernah kualami.

  Siang tadi, suasana di rumah terasa biasa-biasa saja hingga ibu bos keluar dari kamarnya dengan wajah serius. Dengan nada serius pula, beliau memanggilku, "Lidia, tadi guru Titi menelepon saya. Katanya, Titi buang air besar di celana." Aku terkejut mendengarnya, lalu spontan bertanya, "Kok bisa, bu? Apa dia malu untuk keluar sebentar atau mungkin tidak ada kamar mandi?" Ibu bos mengangguk tegas, "Tentu ada kamar mandi, Lidia."  "Trus, gurunya bilang apa? Kenapa Titi sampai begitu ?"  guru itu suda  kasi pake CD perempuan," jawab ibu bos dengan serius, namun senyum kecil mulai terlihat di wajahnya. Aku pun tidak tahan untuk menahan tawa. "CD perempuan, bu? Hahaha," aku tertawa. Imajinasiku yang liar mulai melayang ke masa lalu, mengingat pengalaman serupa yang pernah kualami. *** Flashback beberapa tahun lalu, aku masih duduk di bangku sekolah SD. Suatu hari, di tengah pelajaran yang begitu serius, tiba-tiba saja ada keinginan yan...