Di sudut ruangan yang sepi, dalam keheningan malam yang gelap, aku duduk sendirian. Mataku berkaca-kaca karena ingatan yang selalu menghantuiku, mengalir seperti sungai tak berhenti. Kematian, suatu realitas yang tak bisa kusepakati, namun selalu hadir dalam pikiranku seperti bayangan yang tak bisa kuhindari.
Aku menangis, bukan karenlemah, tetapi karena cinta yang mendalam. Cinta kepada mereka yang telah memberiku kehidupan, cinta kepada mama dan ayahku yang tak tergantikan. Setiap kali aku memikirkan kemungkinan mereka menutup mata di dunia ini, getaran ketakutan merayap dalam diriku. Bagaimana jika saat itu tiba saat aku berada jauh darinya? Bagaimana jika aku tidak bisa mendekap mereka dalam pelukan terakhir?
Namun, dalam hening itu, aku menemukan kekuatan dalam doa. Aku menutup mataku dan membiarkan kata-kata yang tulus dan penuh cinta mengalir dari hatiku. Aku berdoa kepada Yang Maha Kuasa, memohon agar mereka diberikan umur panjang . Aku berharap agar mama dan ayahku bisa menyaksikan setiap langkahku dalam perjalanan hidup ini, dan aku bisa menjadi anak yang bangga akan mereka.
Dalam doaku, aku merasa kehangatan dan keamanan. Aku percaya bahwa meskipun kematian adalah takdir manusia, cinta dan doa akan selalu menjadi jembatan yang menghubungkan kita dengan mereka yang kita cintai. Dan dalam ketulusan doa itu, aku menemukan kekuatan untuk menghadapi ketakutan dan ketidakpastian, karena cinta akan selalu menjadi cahaya yang menerangi setiap langkah perjalanan hidupku.
Comments
Post a Comment