Skip to main content

hidup bukanlah tentang mengejar bayang-bayang masa depan,tetapi tentang penerimaan akan takdir yang belum terungkap.

  

      Di ufuk senja yang menakjubkan, sang mentari melabuhkan sinarnya ke balik peraduan awan. Angin sepoi-sepoi menyapu lembut permukaan bumi, membawa aroma harum dari bunga-bunga liar yang merekah. Di tengah-tengah gemerlap alam,  seorang wanita bijaksana yang duduk bersila, memandang ke langit yang berwarna jingga.

        Dalam kedamaian senja itu, dia berkata dengan suara lembut namun penuh makna, "Ketika kita terlalu sibuk mencari tahu apa yang akan terjadi besok, seringkali kita lupa menikmati keindahan yang ada di hadapan kita hari ini. Seperti saat ini, di mana mentari merangkul langit untuk pergi tidur, itulah momen yang tak tergantikan."

        Dia memandang sekelilingnya, membiarkan setiap detail alam menghanyutkan dirinya. "Kita sering lupa bahwa hari ini adalah anugerah yang diberikan kepada kita. Jangan biarkan obsesi akan masa depan menghalangi kita untuk menyaksikan keajaiban yang terjadi di hadapan mata kita sekarang ini."

        Dalam kata-katanya terdapat kebijaksanaan yang dalam, seperti sungai yang mengalir tenang namun sarat makna. "Jadilah seperti anak-anak yang bersenang-senang dengan tiap detik hidupnya, tanpa beban akan masa depan yang belum pasti. Karena sesungguhnya, keindahan hidup terletak pada cara kita merayakan setiap momen, tanpa terbebani oleh ketidakpastian."

Dengan senyum lembut, wanita itu menutup matanya sejenak, menyerap semua keindahan yang ada di sekitarnya. Dalam hatinya, ia merasakan syukur yang mendalam atas keajaiban hari ini, tanpa terpaku pada kegelisahan tentang apa yang akan terjadi esok.

        Demikianlah, di bawah langit yang berubah warna, ia mengingatkan diri sendiri dan siapapun yang mendengar kata-katanya, bahwa hidup bukanlah tentang mengejar bayang-bayang masa depan, tetapi tentang merangkul keajaiban hari ini dan menjalani setiap detik dengan penuh keberanian, kebijaksanaan, serta penerimaan akan takdir yang belum terungkap.



Comments

Popular posts from this blog

akhir-akhir ini banyak kritikan dengan menggunakan bahasa yang kasar dan mencaci yang dikritik dengan dalih demokrasi. Apakah Anda setuju dengan hal tersebut? Silahkan berikan argumen Anda dengan jelas...

  Pada waktu Indonesia memproklamirkan kemerdekaannnya pada 17 Agustus 1945, para pendiri negara sudah memutuskan untuk menjadikan negara Indonesia merdeka sebagai negara yang menganut sistem demokrasi. oleh sebab itu, salah satu dasar  yang terdapat di dalam Pancasila, dasar filsafat negara Indonesia adalah dasar demokrasi yang terdapat di dalam pancasila sila ke empat yang berbunyi "Kerakyatan yang dipimpin oleh himat kebijaksanaan dalam permusywaratan/perwakila". Hal tersebut menunjukan bahwa Indonesia menganut sistem demokrasi. Namun, akhir-akhir ini banyak kritikan dengan menggunakan bahasa yang kasar dan mencaci yang dikritik dengan dalih demokrasi. Apakah Anda setuju dengan hal tersebut? Silahkan berikan argumen Anda dengan jelas... mari kita mulai dengan memahami pentingnya demokrasi dalam konteks Indonesia. Demokrasi adalah prinsip fundamental dalam pembangunan negara Indonesia yang tercermin dalam Pancasila, khususnya dalam Sila keempat yang menyatakan "Kerakya...

jangan biarkan kekejaman itu meredam semangatmu

 Walaupun dunia ini terasa kejam, jangan biarkan kekejaman itu meredam semangatmu. Fokuslah pada kehidupan masa depan, karena di sana terletak peluang dan kemungkinan yang belum terungkap. Jadikan kekejaman dunia sebagai batu loncatan untuk tumbuh dan berkembang. Dalam setiap tantangan, ada pelajaran berharga yang membentuk karakter dan ketangguhanmu. Percayalah, setiap usaha dan perjuanganmu hari ini adalah investasi untuk membentuk masa depan yang lebih baik. Ingatlah, di balik awan kelam, selalu ada sinar matahari yang bersinar terang. Jangan pernah menyerah, karena kehidupan masa depanmu menunggu untuk diukir oleh tekad dan impianmu sendiri.

. Imajinasiku yang liar mulai melayang ke masa lalu, mengingat pengalaman serupa yang pernah kualami.

  Siang tadi, suasana di rumah terasa biasa-biasa saja hingga ibu bos keluar dari kamarnya dengan wajah serius. Dengan nada serius pula, beliau memanggilku, "Lidia, tadi guru Titi menelepon saya. Katanya, Titi buang air besar di celana." Aku terkejut mendengarnya, lalu spontan bertanya, "Kok bisa, bu? Apa dia malu untuk keluar sebentar atau mungkin tidak ada kamar mandi?" Ibu bos mengangguk tegas, "Tentu ada kamar mandi, Lidia."  "Trus, gurunya bilang apa? Kenapa Titi sampai begitu ?"  guru itu suda  kasi pake CD perempuan," jawab ibu bos dengan serius, namun senyum kecil mulai terlihat di wajahnya. Aku pun tidak tahan untuk menahan tawa. "CD perempuan, bu? Hahaha," aku tertawa. Imajinasiku yang liar mulai melayang ke masa lalu, mengingat pengalaman serupa yang pernah kualami. *** Flashback beberapa tahun lalu, aku masih duduk di bangku sekolah SD. Suatu hari, di tengah pelajaran yang begitu serius, tiba-tiba saja ada keinginan yan...