Skip to main content

Seringkali, dunia menawarkan gambaran tentang dewasa yang terkesan glamor, dipenuhi dengan pencapaian-pencapaian yang menyilaukan, dan sorotan yang memikat.

 Dalam perjalanan menuju kedewasaan, aku menyadari bahwa itu bukanlah sekadar mencapai citra sempurna yang selama ini kudambakan. Kedewasaan adalah tentang sebuah proses bertumbuh sebagai manusia, sebuah evolusi dari keberanian dan ketegasan dalam menghadapi kehidupan yang penuh ketidakpastian. Aku belajar bahwa kehebatan sejati tak terletak pada kemampuan untuk menarik perhatian di bawah sorotan, melainkan pada keberanian untuk berdiri tegak di tengah-tengah tantangan.

Seringkali, dunia menawarkan gambaran tentang dewasa yang terkesan glamor, dipenuhi dengan pencapaian-pencapaian yang menyilaukan, dan sorotan yang memikat. Namun, setelah melalui banyak perjalanan, aku menyadari bahwa inti dari kedewasaan sejati adalah tentang mengakui ketidakpastian dalam kehidupan. Terkadang, keberanian terbesar yang bisa kita miliki adalah ketika kita menerima ketidaksempurnaan, ketika kita bersedia merangkul kerentanan dan belajar dari kegagalan.

Dalam perjalanan ini, aku belajar untuk tidak hanya melihat sisi terang dari sorotan, tetapi juga menghargai kekuatan yang tersembunyi di balik layar gelap. Itulah di mana keberanian sesungguhnya berkembang, ketika kita menghadapi ketakutan, ketidakpastian, dan kebingungan. Kedewasaan adalah saat kita belajar untuk tetap stabil di tengah badai, menemukan ketenangan dalam keguncangan yang melanda, dan tumbuh melalui setiap penantian yang tak pasti.

Maka, aku belajar bahwa menjadi dewasa adalah perjalanan panjang yang penuh makna. Bukan hanya tentang mencapai tujuan dan memikat orang lain, tetapi tentang menjelajahi keberanian batin, keteguhan hati, dan kesiapan untuk menerima dan tumbuh dari setiap kegagalan. Sesungguhnya, kehebatan sejati terletak pada keberanian untuk menjalani kehidupan dengan integritas, ketulusan, dan keberanian untuk tetap berdiri tegak di tengah badai yang melanda.

Comments

Popular posts from this blog

akhir-akhir ini banyak kritikan dengan menggunakan bahasa yang kasar dan mencaci yang dikritik dengan dalih demokrasi. Apakah Anda setuju dengan hal tersebut? Silahkan berikan argumen Anda dengan jelas...

  Pada waktu Indonesia memproklamirkan kemerdekaannnya pada 17 Agustus 1945, para pendiri negara sudah memutuskan untuk menjadikan negara Indonesia merdeka sebagai negara yang menganut sistem demokrasi. oleh sebab itu, salah satu dasar  yang terdapat di dalam Pancasila, dasar filsafat negara Indonesia adalah dasar demokrasi yang terdapat di dalam pancasila sila ke empat yang berbunyi "Kerakyatan yang dipimpin oleh himat kebijaksanaan dalam permusywaratan/perwakila". Hal tersebut menunjukan bahwa Indonesia menganut sistem demokrasi. Namun, akhir-akhir ini banyak kritikan dengan menggunakan bahasa yang kasar dan mencaci yang dikritik dengan dalih demokrasi. Apakah Anda setuju dengan hal tersebut? Silahkan berikan argumen Anda dengan jelas... mari kita mulai dengan memahami pentingnya demokrasi dalam konteks Indonesia. Demokrasi adalah prinsip fundamental dalam pembangunan negara Indonesia yang tercermin dalam Pancasila, khususnya dalam Sila keempat yang menyatakan "Kerakya...

jangan biarkan kekejaman itu meredam semangatmu

 Walaupun dunia ini terasa kejam, jangan biarkan kekejaman itu meredam semangatmu. Fokuslah pada kehidupan masa depan, karena di sana terletak peluang dan kemungkinan yang belum terungkap. Jadikan kekejaman dunia sebagai batu loncatan untuk tumbuh dan berkembang. Dalam setiap tantangan, ada pelajaran berharga yang membentuk karakter dan ketangguhanmu. Percayalah, setiap usaha dan perjuanganmu hari ini adalah investasi untuk membentuk masa depan yang lebih baik. Ingatlah, di balik awan kelam, selalu ada sinar matahari yang bersinar terang. Jangan pernah menyerah, karena kehidupan masa depanmu menunggu untuk diukir oleh tekad dan impianmu sendiri.

. Imajinasiku yang liar mulai melayang ke masa lalu, mengingat pengalaman serupa yang pernah kualami.

  Siang tadi, suasana di rumah terasa biasa-biasa saja hingga ibu bos keluar dari kamarnya dengan wajah serius. Dengan nada serius pula, beliau memanggilku, "Lidia, tadi guru Titi menelepon saya. Katanya, Titi buang air besar di celana." Aku terkejut mendengarnya, lalu spontan bertanya, "Kok bisa, bu? Apa dia malu untuk keluar sebentar atau mungkin tidak ada kamar mandi?" Ibu bos mengangguk tegas, "Tentu ada kamar mandi, Lidia."  "Trus, gurunya bilang apa? Kenapa Titi sampai begitu ?"  guru itu suda  kasi pake CD perempuan," jawab ibu bos dengan serius, namun senyum kecil mulai terlihat di wajahnya. Aku pun tidak tahan untuk menahan tawa. "CD perempuan, bu? Hahaha," aku tertawa. Imajinasiku yang liar mulai melayang ke masa lalu, mengingat pengalaman serupa yang pernah kualami. *** Flashback beberapa tahun lalu, aku masih duduk di bangku sekolah SD. Suatu hari, di tengah pelajaran yang begitu serius, tiba-tiba saja ada keinginan yan...