Kami yang merantau jauh demi menyambung hidup, bukan karena kaya tapi karena kekurangan. Namun, seakan dilewatkan begitu saja.
ketika kepemimpinan Presiden SBY, kami membangun Rumah dengan bantuan sosial berupa seng dan semen. Bantuan itu bukan hanya selembar seng atau semen, tapi pula sejumput harapan yang meringankan beban finansial keluarga kami. Ketika itu, untuk membeli paku-paku kecil yang vital dalam pembangunan rumah, kami masih bergantung pada bantuan uang yang membantu melunakkan beban biaya.
Ada saat ketika perwakilan dari pihak desa datang berkunjung ke rumah kami. Mereka melihat betapa kami membutuhkan bantuan, dan rumah kami waktu itu memang dalam kondisi yang sangat memprihatinkan. Bantuan sosial pun datang untuk membantu kami membangun rumah.
Selama ini,Mama mengatakan bahwa nama kami tidak ada dalam daftar penerima bantuan sosial .Rasanya menyakitkan, bagaimana kami yang telah merantau sangat lama untuk mencari nafkah tidak lagi menjadi prioritas atau bahkan mendapat perhatian yang seharusnya.
Terpikir di benakku, apakah di luar sana menganggap kami telah menjadi lebih sejahtera? Mungkin mereka melihat bahwa kami telah berusaha keras selama ini, dan mereka berpikir kami telah mampu berdiri sendiri tanpa bantuan. Tapi kenyataannya tidak begitu.Kami yang merantau jauh demi menyambung hidup, bukan karena kaya tapi karena kekurangan. Namun, seakan dilewatkan begitu saja.
Entahlah
Comments
Post a Comment