Hari ini, ketika aku menelpon Mama, setitik rasa haru menyelusup di hatiku. Aku hanya ingin memastikan bahwa kondisi Mama telah sembuh sepenuhnya. Rindu pada keluargabegitu menggebu di hatiku. Namun, aku tak bisa mengubah situasi. Ada beban besar yang membuatku terus harus mencari nafkah di negeri orang, bahkan hingga waktu yang tidak terhingga.
Setiap detik, keinginan untuk kembali bersama keluarga semakin tumbuh. Namun, realitas yang menghimpit begitu kuat. Pulang ke tanah air berartihanya akan mendapatkan pekerjaan dengan gaji kecil, meski telah berjuang keras untuk meraih gelar sarjana.
Beban hidup yang harus kubawa di negeri orang ini begitu berat. Meskipun terkadang ingin menyerah dan pulang, namun kenyataannya akan lebih sulit jika aku kembali tanpa adanya jaminan yang pasti. Rasanya seperti terjebak dalam lingkaran sulit ini, di mana harapan untuk kembali bersama keluarga bertabrakan dengan kenyataan kehidupan yang menuntutku untuk terus berjuang mencari nafkah.
Pilihan yang aku ambil, berjuang di negeri orang, seolah membawa beban berat yang tak kunjung berhenti. Aku menyadari bahwa dengan memilih terus berada di sini, mungkin aku akan terus merindukan keluarga, namun pulang hanya akan membawa kehidupan yang penuh dengan keterbatasan. Hingga kiamat tiba, aku harus bertahan dan berusaha sekuat tenaga di negeri ini, meski terkadang hatiku terasa remuk karena kerinduan akan keluarga.
Comments
Post a Comment