Bunyi mesin cuci yang memenuhi udara kamar menandakan bahwa siklus pencucian telah selesai. Aku bangkit dari sofa dan bergerak menuju mesin cuci, menyambut aroma segar dari cucian yang baru selesai. Cuaca masih terang dan panas, meskipun sinar matahari terhalang oleh awan yang melayang di langit.
Aku mengambil setumpuk cucian yang telah kering dan bergegas keluar ke halaman. Cuaca yang sejuk seketika membuatku merasa lebih nyaman. Beberapa tetes keringat masih tersisa di keningku saat aku menjemur baju di tali yang terbentang di halaman.
Setelah semua baju tergantung rapi, perutku mulai memberikan sinyal lapar yang sulit diabaikan. Aku berpikir untuk segera memasak makan siang. Dengan langkah ringan, aku menuju dapur dan mulai meracik hidangan sederhana untuk diriku sendiri.
Namun, baru saja aku hendak menikmati hidangan lezatku, awan gelap mulai merayap di langit. Suara gemuruh di kejauhan memberi petunjuk bahwa hujan akan segera mengguyur. Aku buru-buru kembali ke halaman, menarik baju yang baru saja kujemur sebelum hujan datang.
Begitu terguyur oleh air hujan, aku merasakan semilir angin yang menyegarkan. Tetesan air hujan membasahi wajahku, membuatku tersenyum. Dalam sekejap, halaman yang tadinya terik berubah menjadi tempat yang sejuk dan menenangkan.
Dengan cepat, aku menyelamatkan cucian yang baru saja kujemur dan membawanya masuk. Aku menatap jendela, menyaksikan hujan yang semakin deras. Dalam ruang yang penuh dengan aroma segar hujan, aku merasa bahagia.
Setelah memastikan semua baju aman di dalam, aku kembali ke dapur untuk melanjutkan makan siangku yang sempat tertunda. Ditemani oleh suara hujan yang lembut di luar jendela, aku menikmati setiap suapan makanan. Sambil tersenyum, aku merasa bersyukur atas keindahan momen sederhana ini, di mana hujan dan kehangatan makan siang bertemu dalam harmoni yang tak terduga.
Comments
Post a Comment