Skip to main content

Posts

Showing posts from January, 2024

Suara gemuruh di kejauhan memberi petunjuk bahwa hujan akan segera mengguyur.

 Bunyi mesin cuci yang memenuhi udara kamar menandakan bahwa siklus pencucian telah selesai. Aku bangkit dari sofa dan bergerak menuju mesin cuci, menyambut aroma segar dari cucian yang baru selesai. Cuaca masih terang dan panas, meskipun sinar matahari terhalang oleh awan yang melayang di langit. Aku mengambil setumpuk cucian yang telah kering dan bergegas keluar ke halaman. Cuaca yang sejuk seketika membuatku merasa lebih nyaman. Beberapa tetes keringat masih tersisa di keningku saat aku menjemur baju di tali yang terbentang di halaman. Setelah semua baju tergantung rapi, perutku mulai memberikan sinyal lapar yang sulit diabaikan. Aku berpikir untuk segera memasak makan siang. Dengan langkah ringan, aku menuju dapur dan mulai meracik hidangan sederhana untuk diriku sendiri. Namun, baru saja aku hendak menikmati hidangan lezatku, awan gelap mulai merayap di langit. Suara gemuruh di kejauhan memberi petunjuk bahwa hujan akan segera mengguyur. Aku buru-buru kembali ke halaman, menar...

. Imajinasiku yang liar mulai melayang ke masa lalu, mengingat pengalaman serupa yang pernah kualami.

  Siang tadi, suasana di rumah terasa biasa-biasa saja hingga ibu bos keluar dari kamarnya dengan wajah serius. Dengan nada serius pula, beliau memanggilku, "Lidia, tadi guru Titi menelepon saya. Katanya, Titi buang air besar di celana." Aku terkejut mendengarnya, lalu spontan bertanya, "Kok bisa, bu? Apa dia malu untuk keluar sebentar atau mungkin tidak ada kamar mandi?" Ibu bos mengangguk tegas, "Tentu ada kamar mandi, Lidia."  "Trus, gurunya bilang apa? Kenapa Titi sampai begitu ?"  guru itu suda  kasi pake CD perempuan," jawab ibu bos dengan serius, namun senyum kecil mulai terlihat di wajahnya. Aku pun tidak tahan untuk menahan tawa. "CD perempuan, bu? Hahaha," aku tertawa. Imajinasiku yang liar mulai melayang ke masa lalu, mengingat pengalaman serupa yang pernah kualami. *** Flashback beberapa tahun lalu, aku masih duduk di bangku sekolah SD. Suatu hari, di tengah pelajaran yang begitu serius, tiba-tiba saja ada keinginan yan...

jangan biarkan kekejaman itu meredam semangatmu

 Walaupun dunia ini terasa kejam, jangan biarkan kekejaman itu meredam semangatmu. Fokuslah pada kehidupan masa depan, karena di sana terletak peluang dan kemungkinan yang belum terungkap. Jadikan kekejaman dunia sebagai batu loncatan untuk tumbuh dan berkembang. Dalam setiap tantangan, ada pelajaran berharga yang membentuk karakter dan ketangguhanmu. Percayalah, setiap usaha dan perjuanganmu hari ini adalah investasi untuk membentuk masa depan yang lebih baik. Ingatlah, di balik awan kelam, selalu ada sinar matahari yang bersinar terang. Jangan pernah menyerah, karena kehidupan masa depanmu menunggu untuk diukir oleh tekad dan impianmu sendiri.

fokuslah pada masa depan,dunia ini masih begitu kejam untuk dilalui

Di tengah kekejaman dunia yang terus berlanjut, fokuslah pada kehidupan masa depanmu. Meski liku-liku sulit menantangmu, keberanian dan tekadmu akan menjadi pilar yang membimbingmu melewati kegelapan menuju cahaya yang lebih terang. Jadikan setiap langkahmu sebagai titik awal menuju perubahan yang lebih baik, karena masa depanmu adalah kanvas yang belum tergambar sepenuhnya. Hiduplah dengan keyakinan bahwa di balik setiap kesulitan, tersembunyi peluang untuk berkembang dan bertransformasi menjadi versi terbaik dari dirimu sendiri.

anting jatuh

Sejak dua tahun lalu, anting dari Korea yang pernah diberikan oleh majikan sebelumnya menjadi satu-satunya kenangan indah yang selalu aku pakai. Hadiah Natal itu bukan hanya perhiasan biasa, tetapi juga mengandung cerita persahabatan dan kebaikan. Kemarin, aku memutuskan untuk hadir dalam kegiatan di kedutaan besar (KBRI). Suasana ramai dan penuh keceriaan, membuatku merasa bersyukur bisa menjadi bagian dari momen istimewa tersebut. Setelah acara selesai, aku memilih kereta api sebagai sarana pulang. Namun, perjalanan pulangku tidak semulus yang kuharapkan. Telingaku tiba-tiba terasa tidak nyaman, sehingga aku mencoba meredakannya dengan mengusap-usap daun telingaku. Tanpa disadari, anting dari Korea yang begitu berharga itu terlepas dan jatuh ke lantai. Ketakutan dan kekecewaan menyelimuti diriku. Aku segera berjongkok untuk mencari anting tersebut, berharap bisa menemukannya kembali. Beberapa penumpang di sekitarku juga turut membantu mencari, bahkan ada yang dengan baik hati bangkit...